Selasa, 23 Februari 2010

NILAI-NILAI SENI SASTRA MASYARAKAT MANDAILING MASA LALU

Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan. Kesenian adalah suatu perwujudan ekspresi seni dari seniman yang menghasilkan kesenian tersebut. Adanya perbedaan materi baku, media untuk mewujudkan dan penekanan estetis maka kesenian dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, antara lain: seni suara, seni sastra, seni rupa dan seni tari/gerak (Bandem dan Dibia 1982/1983:3).
Dalam tradisi masyarakat  Mandailing dulu terdapat seni sastra yang popular, yaitu :
1.      Sastra Turi-Turian.
2.      Sastra Hobarna.
Masyarakat Mandailing memiliki seni sastra tradisional yang terdiri dari prosa dan puisi.
Puisi dalam sastra Mandailing dinamakan Ende-Ende, umumnya berbentuk pantun atau syair yang popular tahun awal-awal tahun +/- 1900 berupa sastra lisan dan ada juga seni sastra yang tertulis seperti Andung (Ratapan) atau kisah penderitaan yang dituliskan pada ruas-ruas bambu. Dimana saudara perempuan Patuan Dolok III bernama Siti Bumi mahir berende-ende dalam bentuk pantun lisan tetapi yang disayangkan hasil karyanya tidak didokumentasikan.
Ada pendapat mengatakan bahwa budaya tersebut dilihat dari sisi  nilai-nilai adat istiadat merupakan sebentuk fosil tua yang dikagumi, namun tidak digunakan karena bersifat statis dan dangkal.
Menurut pendapat penulis seluruh potensi budaya daerah Mandailing hendaknya terus digali, dibina dan
dipacu pengembangannya seiring dengan tuntutan kebutuhan pembangunan dan perkembangan zaman
tanpa harus mencabut akar dasarnya, tujuannya agar kesenian-kesenian yang mempunyai nilai tinggi tidak     lenyap begitu saja dimakan oleh zaman yang serba canggih dan sangat modern seperti saat ini, 
maka perlu dibangkitkan kembali budaya Mandailing yang dapat menyentuh wawasan budaya nasional. Pelestarian budaya Mandailing untuk memperkokoh kehidupan sosial budaya masyarakat yang tengah bergelutmenghadapi arus arus modernisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas partisipasi dalam pelestarian adat-istiadat