Jumat, 05 Maret 2010

ASAL KATA MANDAILING

Kata Mandailing dapat dieja antara lain: Mengdelling, Mandahiling, Mendeheleng, Mandheling, Mandiling, Mandaling, Mendeleng. Di lihat dari segi sejarah masyarakat Mandailing melihat jati dirinya sebagai kelompok bangsa atau suku yang berbeda dari suku Batak Di Indonesia  maupun suku Melayu di Malaysia dan Indonesia. Keberadaan suku Mandailing secara hipotesis lebih dahulu ada dari pada suku batak di pulau  Samosir dan belum ada kitab atau buku atau literature tentang asal mulanya nama batak itu sendiri dan tidak diketahui secara pasti asal-usulnya.
Asal mulanya nama Mandailing dapat diketahui dalam sejarah Hindu Majapahit, dimana suku  Mandailing sudah ada dengan di sebut nama Mandailing dalam puluh atau Syair ke-13 Kitab Nagarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca sekitar tahun 1365 (abad ke-14), mengemukakan bahwa “teks syair ke-13 Negarakertagama tersebut dalam huruf latin bahasa Kawi, dapat dikutip sebagai berikut :
“ Lwir ning nuasa pranusa pramuka sakahawat kaoni
Ri melayu/ning Jambi mwang Palembang I Teba
Le Darmmacraya tumut/Kandis, Kahwas Managkabwa
Ri Siyak I Rekan Kampar Mwang Pane/
Kampe Haru Athawa Mandahiling i Tumihang perlak
Mwang I Barat//”
Teks tersebut menceritakan Bangsa Asing India/Indochina dengan agama Hindu tersebar  dari Malaya (Sumatra) dari Jambi, Palembang, Muara Tebo, Darmasraya, Haru, Mandahiling dan Majapahit.

 
Jadi nama Mandailing ada dalam Kitab Nagarakertagama menceritakan sejarah  bangsa asing dari India/Indochina membawah agama hindu, budaya, peradapan, teknologi, sistem pemerintahan berbaur dengan masyarakat asli setempat membentuk suatu bangsa, masyarakat, suku, etnik, budaya, peradapan  baru sesuai dengan kultur masing-masing daerah tersebut sekitar 1030M sampai dengan  1365 M khususnya kerajaan Hindu di Padang Lawas.
Dari 1365 M sampai dengan lima (5) abad lebih kedepan (Kerajaan Hindu Padang Lawas/ Mandailing  belum ada di ketemukan catatan sejarah tentang perkembangan peradapan, budaya, agama etnik Mandailing. Baru pada abad ke-19 sejarah Mandailing mencuat kembali:
v  Pada masa Perang Paderi dari Sumatra Barat (1818-1833) selama 17 tahun, dimana masyarakat Mandailing dulunya memuja arwah nenek moyang  menjadi menganut   agama Islam  yang taat.
v  Pada masa penjajahan kolonial Belanda antara tahun (1835-1942) menguasai tanah Mandailing selama 107 tahun juga membawah perubahan pendidikan, teknologi, belasting, rodi, tanaman paksa. Pada zaman penjajahan Belanda melabelkan orang Mandailing sebagai orang Batak dan Penjajah Inggris melabelkan orang Mandailing sebagai “foreign malays” (Melayu Dagang) ( Abdul Razzaq Lubis, Identitas / Jati Diri).
v  Kemudian disusul ke masa pendudukan Jepang antara tahun (1942-1945) selama 3 tahun membuat suku Mandailing makin menderita amat sangat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas partisipasi dalam pelestarian adat-istiadat