Bulang adalah pakaian kebesaran yang dipakai kebesaran yang dipakai oleh permaisuri (Na Duma I) selaku isteri raja panusunan. Bulang bermotif keemasan dan bertingkat tiga. Bulang sebagai mahkota dikepala dilengkapi dengan jarungjung (kembang/bunga) yang menjulang keatas, tusuk sanggul berwarna emas dan sisir yang dipakai diatas sanggul juga berwarna emas.
Kelengkapan Bulang, terdiri dari:
- Baju.
Baju yang dipakai berbentuk baju kurung berwarna hitam yang dihiasi dengan bordir benang emas.
- Kain songket pasangan baju kurung.
- Dua helai selendang tenun pattani (songket) yang diselempangkan di kanan kiri bahu dan ujung. Ujungnya disilangkan ke kanan dan ke kiri pinggang. Warna kain dan selendang berwarna merah hati.
- Ikat pinggang.
Ikat pinggang berwarna emas yang diukir dengan bentuk segi empat disambung-sambung.
- Puntu.
Puntu yang dipakai di kanan-kiri lengan sebagai mana telah disebut diatas.
- Sepasang Keris.
Sepasang keris yang dipasang pada ikat pinggang sebelah depan.
- Anting-Anting Emas.
- Kalung kuning (warna emas) yang disebut dengan ta[ak kuda karena bentuknya menyerupai tapak (ladam) kuda.
- Gaja Meong.
Terbuat dari kain yang dibentuk sedemikian rupa sehingga agak tegang dan tebal.
- Loting-Loting.
Berbentuk mancis tradisional untuk menggosok batu agar keluar api.
- Kuku Emas.
Kuku emas yang dipakai pada jari kanan untuk memperindah bentuk kuku.
Ada dua (2) jenis Bulang:
- Bulang Hambeng.
Bulang Hambeng, yaitu: bulang yang bertingkat satu dan yang lebih kecil. Yang dipakai oleh pengantin wanita, apabila dalam pesta adat perkawinan itu yang disembelih kambing.
- Bulang Horbo.
Sumber Referensi:
1. H. Mohamad Said, Soetan Koemala Boelan (Flora), Raja, Pemimpin Rakyat, Wartawan, Penentang
2. Nasution, H. Pandapotan, SH, Adat Budaya Mandailing Dalam Tantangan Zaman, Penerbit Forkala Prov. Sumatera Utara, 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas partisipasi dalam pelestarian adat-istiadat