Tarombo atau kisah tentang silsilah Asal-Usul Raja-Raja di Kerajaan Tamiang, diurutkan secara Patrilineal sebagai berikut:
No | Nama Radja Dan Gelar | Radja Panusunan Dan Kepala Kuria | Tahun |
1 | Namora Pande Bosi (Founding Father) | Hutalobu Hatongga Sigalangan (Angkola Jae) | +/-1532 Abad ke-16 |
2 | Baitang | Moeara Pungkoet atau Partomoean | +/-1562 Abad ke-16 |
3 | Alogo Gelar Radja Partomoean | Moeara Pungkoet ke Panjoburan | +/-1592 |
4 | Umala Bulan Gelar Radja Soniarga | Huta Dangka Dolok | +/-1622 Abad ke-17 |
5 | Payaman Gelar Raja Mananti | Huta Dangka Dolok | +/-1652 |
6 | Soetan Naparas ke-1 | Radja Panusunan Tamiang ke-1 | +/-1682 |
7 | Radja Dolok | Radja Panusunan Tamiang ke-2 | +/-1712 Abad ke-17 |
8 | Soetan Naparas Ke-2 | Radja Panusunan Tamiang ke-3 | +/-1742 |
9 | Baginda Radja | Radja Panusunan Tamiang ke-4 | +/-1772 Abad ke-18 |
10 | Sutan Guru (Putra dari Sutan Naga Soboluson memberontak ke penjajahan Belanda) Soetan Naparas Ke-3 Soetan Panoesoenan | Radja Panusunan Tamiang ke-5 Radja Tamiang Panusunan ke-6 dan Kepala Kuria Pertama Radja Tamiang Panusunan ke-7 dan Kepala Kuria Kedua | 1840 Abad ke-19 1840-1848 1849-1875 |
11 | Patoean Dolok Ke-2 | Radja Panusunan Tamiang ke-8 dan Kepala Kuria Ketiga | 1875-1903 Abad ke-19 Dan Ke-20 |
12 | Soetan Goeroe Panoesoenan Soetan Koemala Boelan | Radja Panusunan Tamiang ke-9 dan Kepala Kuria Keempat Radja Panusunan Tamiang ke-10 dan Kepala Kuria Kelima | 1903-1915 Abad ke-20 1915-1932 |
13 | Patuan Dolok Ke-3 | Radja Panusunan Tamiang ke-11 dan Kepala Kuria keenam Terakhir Keenam dan Menjadi Raja Budaya | 1932-1946 |
Keunggulan Tarombo/Kisah silsilah dapat menelusuri asal usul Marga Lubis Tamiang, menceritakan kejadian dari awal generasi sampai ke generasi berikutnya, antara lain:
· Namora Pande Bosi diperkirakan berada pada tahun +/- 1532 (abad ke-16) di hitung dari saat lahir Sutan Panusunan Juli 1802.
· Diperkirakan generasi Baitang hidup pada tahun +/- 1562 (abad ke16), dimana mempunyai darah keberanian, darah kemauan keras untuk menghadapi tantangan hidup dan perubahan zaman yang lebih baik (dimulai dari Huta Nopan Padang Lawas ke Lobu Hatongga di Sigalangan menemui bapaknya, lalu mengembara dan mendirikan pemukiman di wilayah Mandailing Julu).
· Marga Lubis disebut juga Marga Alogo (angin) yang artinya mempunyai sifat seperti angin, kadang lembut seperti angin sepoi-sepoi basah yang bisa menghayutkan perasaan seorang, namun dapat juga berubah seperti haba-haba na mangombus atau seperti angin puting beliung dalam mempertahahan martabat, apabila perasaannya atau harga dirinya tersinggung oleh perbuatan orang lain. Salah satu sifat lain dari marga lubis adalah pargusar tai paribo, yaitu pemarah tetapi penghiba. (Datu Marajar, Marga Lubis, Alogo Ni Tano Rura Mandailing).
· Kampung besar Tamiang sudah ada +/- sejak tahun 1682 atau abad ke-17 (sudah berusia 308 tahun sampai tahun 2008), merupakan pemukinan pertama yang dibuka oleh Sutan Naparas ke-1 (pertama) dan Raja JANJIAN atau Raja Panusunan pertama di Kerajaan Adat Tradisional Tamiang Mandailing.
· Raja Panusunan atau Raja Tradisional Tamiang sudah suksesi sampai 11 (sebelas) kali (+/- selama 330 tahun).
· Bagas Godang Tamiang di bangun dari zaman Patuan Dolok ke-2, Raja Tamiang ke-9 dan terbakar pada tahun 1943 di masa penjajahan Jepang.
· Pemerintahan kolonial Belanda berkuasa sejak tahun 1833 dengan ditempatkan Controleur Bonnet untuk memerintah Onder Afdeling Groot en klein Mandailing Oeloe Pakantan di Kotanopan dan Nama Raja Janjian diganti dengan Raja Panusunan/Kepala Kuria sebagai Kepala Pemerintah Bumiputera yang tertinggi di Mandailing.
· Kepala Kuria yang merupakan bagian administrasi pemerintahan kolonial Belanda sudah suksesi sampai 6 (enam) kali (dari 1833 sampai dengan 1946, yaitu selama 113 tahun). Soetan Naparas Ke-3 menjadi Kepala Kuria Pertama sejak tahun 1830.
· Raja Panusunan ke-10 Soetan Koemala Boelan, pendidikan dari Gouv. Inl. School di Muara Sipongi, Sekolah Raja Boekit Tinggi bagian O (pleiding) S (chool) V (oor) ,Pewarta Deli yang mengkitik kekejaman Belanda terutama masalah pemungutan pajak (belasting), rodi (kerja paksa) dan menulis pertama kali Tarombo Lubis Tamiang keturunan Namora Pande Bosi. Menurut Jenderal Besar TNI AD Abdul Haris Nasution dalam Buku Soetan Koemala Boelan adalah Raja Panusunan Tamiang yang merakyat.
· Raja Panusunan ke-11 Patuan Dolok, pendidikan Technnisch Onderwijs Koningin Wilhelmina School (KWS) Batavia (Djakarta).
· Masa penjajahan Jepang Kedudukan Raja, sistem pemerintahan Kuria, tradisi, adat istiadat, agama Mandailing tidak ada yang berubah dan melanjutkan yang sudah ada. Tetapi masyarakat mengalami penderitaan amat sangat pada masa penjajahan Jepang, antara lain:
- Sembako sangat berkurang.
- Sebagian masyarakat memakai pakaian kulit kayu.
- Obat-obatan sangat berkurang.
- Sarana transportasi sangat berkurang.
- Barang-barang impor tidak datang lagi dari luar negeri.
- Minyak lampu langka.
- Siara-siaran radio disensor.
- Ribuan masyarakat menjadi kuli-kuli (romusa) di kirim ke Logas (pekan Baru) meninggal.
- Banyak masyarakat menjadi tentara Heiho dan Jigun.
· Raja Panusunan dan Kepala Koeria Terakhir di Kerajaan Adat Tradisional Tamiang adalah Partomuan Lubis gelar Patuan Dolok ke-3 berakhir tahun 1946, dimana sejak 17 Agustus 1945 Indonesia Merdeka sistem pemerintahan adat dan kepala administrasi pemerintahan (Kepala Koeria) tetap ada dan diakui sampai tahun 14 Maret 1946 dan kemudian menjadi Raja Budaya.
· Setelah 14 Maret 1946 sampai saat ini, perkembangan, kelestarian adat-istiadat, peradapan dan kebudayaan Tamiang Mandailing terutama merupakan tanggung jawab keturunan-keturunan dari Namora Pande Bosi (Baitang) dan pada umumnya masyarakat asal dari Mandailing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas partisipasi dalam pelestarian adat-istiadat