Senin, 22 Februari 2010

GORDANG SAMBILAN TAMIANG

Photo Oleh Muhammad Dolok Lubis, ST.,MSc

Gordang sambilan adalah warisan leluhur  masyarakat mandailing. Sebagai alat musik adat dan sakral, dimana  gordang sambilan terdiri dari sembilan gordang yang ukurannya besar dan panjang. Ukuran gordang sembilan tersebut bertingkat dimulai dari paling panjang sampai paling kecil. Tabung resonator gordang sambilan tersebut terbuat dari kayu yang dilubangi dan salah satu ujung lobangnya ditutup dengan membran terbuat dari kulit lembu yang ditegangkan dengan rotan sebagai alat pengikat. Untuk membunyikannya digunakan pemukul dari kayu.
gordang sambilan ini dilengkapi oleh :
·         Dua buah ogung.
·         Satu doal.
·         Tiga salempong atau mong-mongan.
·         Alat tiup terbuat dari bambu dinamakan sarune atau saleot.
·         Sepasang simbal kecil.
Penggunaan gordang sambilan dalam upacara adat disertai peragaaan benda-benda kebesaran adat seperti :
·         Bendera adat yang dinamakan tonggol.
·         Payung kebesaran dinamakan payung raranagan.
·         Berbagai jenis senjata seperti: pedang, tombak yang dinamakan podang dan tombak sijabut.
 
Beberapa jenis irama Gordang Sambilan yang dikenal di  Masyarakat Mandailing, adalah  :
·         Gordang Tua.
·         Gordang Manngora Bula Tula.
·         Gordang Sampuara Batu Magulang.
·         Gordang Roba Na Mosok.
·         Gordang Ranggas Na Mule-Mule.
·         Gordang Siutur Sanggul.
·         Gordang Udan Potir.
·         Gordang Sarama.
·         Gordang Parnungnung.
·         Bombat.
Bombat Jogo-Jogo.

Kesembilan gendang tersebut mempunyai nama sendiri yang tidak sama di semua tempat di Mandailing. Nama-nama instrumen Gordang Sambilan dari yang besar hingga yang kecil adalah:
1.      Jangat (Siangkaan).
2.      Jangat (Silitonga).
3.      Jangat (Sianggian).
4.      Pangaloi.
5.      Pangaloi.
6.      Paniga.
7.      Paniga.
8.      Udong-Kudong.
9.      Eneng-Eneng.
Ensambel gordang sambilan terdiri dari sembilan buah gendang besar dengan ukuran yang relatif cukup besar dan panjang (drum chime) yang dibuat dari kayu ingul dan dimainkan oleh empat orang. Ukuran dan panjang dari kesembilan gendang tersebut bertingkat mulai dari yang paling kecil sampai kepada yang paling besar. Tabung resonator dibuat dengan cara melobangi kayu, dan salah satu ujung lobangnya (bagian kepalanya) ditutup dengan membran yang terbuat dari kulit lembu kering (disebut jangat) yang diregangkan dengan rotan sekaligus sebagai alat pengikatnya.
Pada setiap kerajaan di Mandailing harus ada satu ensambel gordang sambilan yang merupakan Alat musik sakral di tempatkan di sopo godang (balai sidang adat dan Kerajaan) atau di satu bangunan khusus untuknya yang dinamakan sopo godang yang terletak dekat bagas godang (kediaman raja). Gordang sambilan hanya digunakan untuk upacara adat.
Instrumen musik tradisional gordang sambilan dilengkapi dengan dua buah ogung (gong) besar Yang paling besar dinamakan ogung boru-boru (gong betina) dan yang lebih kecil dinamakan ogung jantan (gong jantan), satu gong yang lebih kecil yang dinamakan doal dan tiga gong lebih kecil lagi yang dinamakan salempong atau mong-mongan. Gordang sambilan juga dilengkapi dengan alat tiup terbuat dari bambu yang dinamakan Sarune atau Saleot dan sepasang simbal kecil yang dinamakan tali sasayat.

  
Sumber Referensi:
1.  H. Mohamad Said, Soetan Koemala Boelan (Flora), Raja, Pemimpin Rakyat, Wartawan, Penentang
2.   Nasution, H. Pandapotan, SH, Adat Budaya Mandailing Dalam Tantangan Zaman, Penerbit Forkala Prov. Sumatera Utara, 2005



















Photo Oleh Muhammad Dolok Lubis, ST.,MSc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas partisipasi dalam pelestarian adat-istiadat