Hampu berbentuk kopiah yang dililit sekelilingnya, berbentuk pipa yang dibungkus dengan kain beledru hitam dan ujung pipa itu diikat satu kali. Ujungnya satu menghadap keatas dan ujung satu lagi menghadap ke bawah. Lingkaran yang melilit kopiah tadi menunjukkan genggaman kekuasaan. Ujungnya yang menghadap keatas (langit), yang diartikan menjunjung langit dan ujung yang satu lagi yang menghadap ke bawah (bumi) disebut manombom tano, artinya berkuasa di bumi. Keseluruhan hampu dihiasi (ditabur) dengan ornamen berbentuk bunga melati dengan warna kuning keemasan yang menunjukkan ketinggian derajat kebangsawanan pemakainya. Hampu sebagai pakaian kebesaran adat hanya boleh dipakai untuk kebesaran adat.
Kelengkapan Hampu terdiri dari :
- Pakaian Adat.
- Rompi.
Rompi dipakai sebelum memakai baju godang dari luar. Rompi berwarna hitam dan disulam dari depan dengan benang berwarna emas bermotif bunga emas.
- Puntu.
Gelang tangan yang berbentuk belah rotan dengan lembar +/- 3 cm, warna kuning emas, dipakai di lengan sebelah kanan dan kiri. Sebelah kanan polos (tanpa bunga), disebelah kiri rompi yang berukir. Artinya yang polos menunjukkan jantan dan yang berbunga menunjukkan betina. Jenis Puntu ada dua (2) pasang, antara lain: satu pasang untuk laki-laki dan satu lagi untuk perempuan.
- Keris.
jantan dipakai sebelah kanan dan sepasang lagi seperti mulut ular yang ternganga adalah betina di
pakai sebelah kiri.
Sumber Referensi:
1. H. Mohamad Said, Soetan Koemala Boelan (Flora), Raja, Pemimpin Rakyat, Wartawan, Penentang
2. Nasution, H. Pandapotan, SH, Adat Budaya Mandailing Dalam Tantangan Zaman, Penerbit Forkala Prov. Sumatera Utara, 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas partisipasi dalam pelestarian adat-istiadat